Pilunya Supir Otobus Di Masa Pandemi
Kebumen (www.wara-wirikebumen.com)-Dampak dari Pandemi Covid-19 memang telah melanda siapa pun. Meliputi segala aspek kehidupan di masyarakat. Aspek ekonomi lah yang begitu sangat dirasakan. Terlebih bagi mereka yang mengandalkan nafkah hidupnya dari pekerja. Ini baik pekerja/buruh di sektor transportasi, perhotelan, serta pariwisata dll. Pandi, salah satu seorang sopir bus 3/4 jurusan (trayek) Kebumen- Cilacap. Mengaku sempat pernah berhenti atau tidak ngandong sama sekaki. Ini dilakoninya selama 4 bulan lamanya. Alasannya jelas karena sering tekor. Pihaknya pun sering mengaku tombok saat menjalankan trayeknya.
Namun demikian tidak bekerja bukanlah menjadi jalan terbaik. Terlalu sering di rumah juga menimbulkan persoalan tersendiri. Salah satunya Pardi mengaku terkadang cekcok saat berada di rumah. Alasan itulah yang membuat dirinya harus kembali menjalankan trayeknya. Kondisi pandemi ini membuat dirinya pasrah dengan seberapapun hasil yang ia peroleh. Dan tidak jarang pula pihaknya kembali tombok, lantaran hasilnya kurang cukup. "Sekarang hanya bisa satu kali jalan yaitu pulang-pergi saja. Syukur alhamdulillah tadi dapat Rp 125 ribu. Dari hasil tersebut Rp 90 ribu untuk beli bahan bakar, dan yang Rp 35 ribu dibagi dua sama kernet,” ungkapnya, di beberapa waktu lalu saat bertemu Ketua KSPSI Kebumen Akif Fatwal Amin.
Dari Rp 35 ribu tersebut, Pandi mendapat Rp 20 ribu. Sedangkan kernetnya dapat Rp 15 ribu. Meskipun hasilnya tidak seberapa, namun pada hari itu termasuk bisa dikatakan beruntung. Sebab sering pula Pardi cuma dapat Rp 10 ribu bahkan juga tombok. Meski penghasilanya yang sangat minim perusahaan otobus yang mempekerjakannya dapat memaklumi kondisi tersebut. Pandi mengaku sudah lama tidak bisa setor ke perusahaan. Selain itu pemilik perusahaan otobus juga dapat bisa memakluminya.
Yang paling terdampak dengan adanya Pandemi Covid-19 adalah pekerja atau buruh di sektor transportasi. Lantaran sekolah pada libur dan orang-orang juga jarang yang keluar atau bepergian, apalagi dengan menggunakan transportasi umum. Untuk sektor lain mungkin cuma pengurangan jam kerja. Para pekerja atau buruh juga sangat rentan terpapar virus,” terang Akif yang juga mengaku sangat prihatin dengan kondisi pekerja/ buruh.
Dengan data jumlah pekerja di sektor tranportasi yang terdampak Pandemi Covid-19, Akif menyampaikan hampir semua pekerja/buruh sektor terdampak. Angkanya jelas mencapai ribuan. Namun demikian Akif tidak bisa menyebut jumlah pastinya, karena beberapa kendala. "Mungkin dinas Tenaga kerja Kebumen punya data yang lebih akurat," ungkapnya. Biar bagaimana pun juga dimasa pandemi COVID-19 ini gak ada alasan untuk kita tidak bekerja, tetap berusaha dan tetap dengan protokol kesehatan.