Kebumen, Tradisi Ngunduh Mantu Diiringi Musik Kompangan - Wara-wiri Kebumen Selamat datang di website wara-wiri Kebumen, website yang menyajikan berita dan informasi serta isu-isu lokal seputar Kebumen
Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia 88cc4a7ba1a87bee822d962b6e1510f3
Selamat datang di website wara-wiri Kebumen, website yang menyajikan berita dan informasi serta isu-isu lokal seputar Kebumen

Kebumen, Tradisi Ngunduh Mantu Diiringi Musik Kompangan


Kebumen (www.wara-wirikebumen.com)- Ngunduh mantu adalah istilah yang berasal dari bahasa Jawa, ngunduh yang artinya panen atau memanen sedangkan mantu artinya adalah menantu. Singkat cerita, acara ngunduh mantu dilaksanakan ketika orangtua menikahkan anak laki-lakinya, kemudian si istri dibawa untuk tinggal bersama suami dan kedua orang tua serta keluarganya, secara tidak langsung keluarga tersebut akan mendapatkan personel tambahan. Pernikahan merupakan sebuah hal yang sakral, terlebih di masyarakat Jawa. Maka tidak heran bila prosesi pernikahan terkait erat dengan kearifan lokal di masing-masing daerah.

Seperti Di desa tambakrejo Kecamatan Buluspesantren sendiri terdapat tradisi kompangan. Tradisi tersebut dilaksanakan untuk menyambut pengantin baru di rumah mempelai pria, atau dalam istilah lain disebut juga dengan Ngunduh Mantu. Kompangan jadi musik pengiring pada saat prosesi ‘’Ngunduh Mantu’’ Pasangan pengantin bernama Farid dan Mekar. Meskipun sempat terhenti akibat pandemi corona, tradisi ini sekarang kembali dilakukan dengan tetap mengedepankan prokes. Meskipun tradisi Kompangan dibalut dengan kesederhanaan namun tidak mengurangi kemeriahan.

Uniknya lagi, kompangan ditabuh dengan sambil jalan kaki. Pasangan pengantin pun berjalan bagaikan Raja dan Ratu diiringi musik rebana dan juga lantunan Sholawat Nabi, dengan harapan mendapat berkah. Ini menunjukan masyarakat Kabupaten berselogan Beriman sangat kental dengan budaya religiusnya. Salah satu anggota Grup Kompangan Samakun (65) mengatakan, Kompangan sudah jadi adat kebiasaan masyarakat ketika Ngunduh Mantu. Namun tidak dapat dipungkiri, pada saat corona merebak, dirinya dan juga anggota lainnya harus menggantungkan rebananya dikarenakan tidak adanya hajatan di masyarakat.

"Ketika berhenti kami tetap giat untuk berlatih. Ini dilakukan supaya ketika kembali menabuh rebana kami tetap bisa kompak bersama dengan anggota yang lain,’’imbuhnya. Sementara itu Farid dan juga Mekar mengaku sangat senang dengan musik Kompangan tersebut. Menurutnya tradisi ini bisa jadi sebuah kenangan di kemudian hari. Keduanya berharap tradisi Kompangan tersebut bisa tetap dipertahankan dan juga dilestarikan. Termasuk generasi muda nanti.


Iklan Tengah Artikel 1

images-2022-06-04-T133151-138

Produk Shopee paling murah 👇

Iklan Bawah Artikel

Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia