Berkah Keong Sawah, Sariyem Dulang Rupiah
Hewan yang bagi sebagian orang tampak menjijikan dan kurang bermanfaat itu oleh Sariyem diolah menjadi kuliner dengan peminat dan penikmat khusus. Bahkan usaha yang ia tekuni sejak setahun lalu itu kini laris manis diburu pelanggan.
Sariyem menceritakan, usaha kuliner yang digelutinya itu berawal dari para petani yang dibuat resah oleh kehadiran keong sawah yang merusak tanaman. Lantas wanita berusia 51 ini sekedar iseng memasaknya dan dijual keliling ke para tetangganya.
“Pertama hanya dua porsi saja, ternyata diminati tetangga dan ketagihan suruh buat lagi,” jelasnya, Minggu (05/12).
Setiap harinya, kata Sariyem, ia kini dapat mengantongi uang Rp 300-400 ribu dari hasil berjualan sate keong. Untuk satu porsi ia hargai Rp 10 ribu. Peningkatan omset penjualan mulai dirasakan ketika ia merambah dunia online. Pesanan demi pesanan terus berdatangan dari dalam maupun luar Kota Kebumen.
“Cukup lah untuk balik modal, karena keong kan jarang yang diambil. Kalau dijual online sekarang banyak yang minta COD,” tuturnya.
Selain harganya yang cukup terjangkau, kata Sariyem, sate keong khas buah tangannya itu memiliki cita rasa tersendiri. Aroma amis hilang karena bumbu rempah sangat pekat mendominasi. Sambal kecap manis yang berpadu dengan rasa dan aroma rempah sangat pas untuk menggoyang lidah. Apalagi jika kudapan kuliner yang terbilang cukup ekstrim ini dinikmati bersama nasi hangat.
Usaha sate keong baginya kini menjadi tambahan yang sangat membantu perekonomian sebagai seorang petani. Selain ladang rezeki, olahan sate keong jadi bagian upaya memberantas hama yang selama ini menggangu produktifitas petani.
“Kasihan banyak tanaman rusak sama keong. Berangkat dari situ mending dibuat sate,” katanya.
source:Kebumen sorot co
Syarif Hidayat